10
Apr
11

pluralisme? (tanda tanya besar)

Teman Jakarta, lagi lagi pluralisme. Lagi lagi menjual kerukunan beragama. Ya. Ini tentang film “?” (tanda tanya). Membosankan juga ya. Sudah pahamkan Anda bahwa pluralisme mengalami pergeseran makna di Indonesia? Beberapa orang ditanya tentang agama, lalu mereka menjawab “Yah.. semua agama khan sama. Cuma caranya saja yang berbeda-beda” atau “tidak ada seorangpun yang tahu akan dilahirkan dengan agama apa”. Apakah ini sebuah kebenaran, atau sebuah tanda bahwa kita malas belajar? Menurut saya ini merupakan sebuah tanda besar bahwa kita malas belajar, sehingga dengan mudahnya kita diarahkan ke opini publik yang menyesatkan.
Continue reading ‘pluralisme? (tanda tanya besar)’

17
Mar
11

bom utan kayu, jil dan ulil. kebebasan berpendapat?

Jakarta kembali diguncang oleh bom. Kali ini bertempat pada markas Jaringan Islam Liberal (JIL) di utan kayu. Bom disembunyikan dibalik sebuah buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdala, salah satu tokoh JIL dan politisi partai Demokrat. Masyarakat pun bereaksi bermacam-macam mulai dari yang marah dengan alasan sulitnya berpikir dan berbicara bebas, hingga yang senang jika Ulil benar-benar terbunuh. Anda dapat baca juga opini-opini yang beredar di forum-forum favorit warga ibukota Jakarta. Beberapa akan membuat Anda sedikit miris.

Oke. Mungkin yang ingin saya bahas di sini lebih kepada kebebasan berpendapat dan bereskpresi. Dan JIL tentunya. Kenapa sih yang digembar-gemborkan adalah kebebasan berpendapat? Kita sudah kira-kira 10 tahun lebih diberikan kesempatan untuk bebas berpendapat, berkreasi, berpikir dan berekspresi. Terlihat di media-media juga, informasi semakin bebas berkeliaran, etika pun sedikit demi sedikit ditolerir ke arah yang lebih kasar, karena orang-orang picik itu berpendapat “ini lebih asli. gak dibuat-buat”. Namun, mereka menamakannya hal itu adalah kebebasan pers. Tetapi apa hasilnya? Adakah prestasi yang besar atas hal tersebut? Selain pujian kosong dari adikuasa atas demokrasi? Apa yang sudah kita buat dan bermanfaat untuk dunia? Tidak ada.

Continue reading ‘bom utan kayu, jil dan ulil. kebebasan berpendapat?’

13
Mar
11

hari bebas kendaraan bermotor (car free day)

Kepulan asap kenalpot, klakson mobil dan motor, kemacetan, dan hiruk-pikuk ibukota yang biasa kita temui setiap harinya di beberapa jalan protokol di Jakarta hari ini “cuti” untuk beberapa saat. Kesempatan ini sering digunakan oleh warga Jakarta untuk bersepeda bersama keluarga, sanak saudara, handai taulan, menelusuri jalan protokol Jakarta hingga waktu makan siang. Komunitas-komunitas sepeda adalah yang paling sering kita temui, seperti komunitas sepeda onthel, sepeda gunung, maupun sepeda modifikasi. Apapun alasannya, apapun komunitasnya, hal ini merupakan hal yang positif bagi kesegaran udara Jakarta. Walaupun hanya di sebagian kecil wilayah Jakarta, kita tetap harus mengapresiasinya.

Ingin tahu jadwal hari bebas kendaraan di Jakarta selama 2011? Simak beritanya.
Continue reading ‘hari bebas kendaraan bermotor (car free day)’

27
Feb
11

film dan bioskop. dijajah tidak mau, tetapi bangsa sendiri disuruh rugi

Warga Jakarta memang sebagian besar sudah menjadikan “pergi ke bioskop nonton film barat” sebagai gaya hidup mereka. Tak peduli dengan penjajahan yang masih dilakukan oleh bangsa barat atau mereka mungkin tidak menyadarinya. Seorang Miss Indonesia pun, dalam sebuah dialog di MetroTV, mengatakan bahwa “this is a BIG DEAL”. Ya Tuhan… segitu besarkah masalahnya? Walau penulis mengakui bahwa penulis juga pernah menonton film barat tersebut dan ceritanya memang menarik, namun penulis tetap menganggap bahwa “this is not a BIG DEAL”. Hiburan lain masih ada kok. Atau kalau memang khawatir para mafia pajak tidak mengalokasikan pajak yang didapat, bukankah lebih baik untuk mengusulkan film Indonesia bebas pajak dan film barat tetap dikenakan pajak? Yang penting ada niat dari kita bersama untuk meringankan beban bangsa kita sendiri. Dan para sineas tanah air itu juga merupakan bagian dari bangsa kita sendiri yang mungkin lebih mencintai negerinya daripada para fanatik film barat tersebut.

Ataukah kita telah termakan politik balas budi yang seringkali efektif digunakan di Indonesia, dengan alasan film barat tersebut banyak yang dibajak. Kasihan sama mereka (orang barat). Biarlah pajak mereka kecil dan film kita pajaknya dibesarkan. Bodoh sekali yang kasihan kepada mereka. Begitu terjajahnya mental sebagian warga Jakarta.

Marilah kita luruskan arah pemikiran kita, belajar mengetahui berita dibalik berita, belajar untuk lebih kreatif, baik dalam mencari hiburan yang baik maupun dalam menciptakan hiburan yang baik.

27
Feb
11

kerukunan antar umat beragama

Konflik antar umat beragama. Berita yang paling laku untuk dijual oleh media saat ini di Jakarta. Entah apa yang para kuli tinta itu pikirkan pada saat memberitakan hal tersebut, terutama pada saat mereka membesar-besarkannya. Motif uang pun sangat mungkin untuk dijadikan dasar. Atau, motif untuk menghancurkan sebuah agama yang tidak disukai oleh para hedonis juga sangat mungkin. Yah.. itulah Jakarta. Halal haram seringkali tidak diperdulikan selama dapat menguntungkan diri mereka.

Selain para jurnalis amatir, para budayawan juga mendapatkan kesempatan besar untuk tampil sebagai sebagai sosok yang membolehkan berbagai macam hal. Selama itu bukan kekerasan dan korupsi. Penyimpangan agama pun pada akhirnya mereka bolehkan. Hak asasi manusia pun menjadi acuan baru hidup mereka, demokrasi menjadi jalan hidup mereka, dan yang tidak sesuai dengan kebiasaan negara adikuasa pun menjadi haram, walaupun Tuhan telah memberikan petunjuk yang tegas. Masyarakat awam pun gembira dengan keberadaan mereka, bak anak kecil yang sering dinasehati oleh orang tuanya agar bisa menjadi orang baik, tiba-tiba bertemu dengan orang asing yang membolehkan anak itu untuk melakukan penyimpangan. Dan orang asing itu justru memarahi orang-orang yang menghalangi anak kecil itu dari perilaku menyimpang. Betapa gembiranya anak itu. Padahal ia tidak sadar bahwa dirinya sedang dijerumuskan. Tragis ya. Itulah yang sedang terjadi saat ini.
Continue reading ‘kerukunan antar umat beragama’

06
Feb
11

sekelumit jakarta. banjir, pendatang, hingga supir tembak

…Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk. Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk…

Sepenggal lirik lagu dari almarhum Benyamin Sueb yang pernah ditembangkan kurang lebih 40 tahun yang lalu, masih cukup menggambarkan kondisi Jakarta saat ini. Banjir Kanal Jakarta telah digagaskan sejak tahun 1920 oleh Prof H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, cikal bakal Departemen PU. Namun, pada kenyataannya, hingga tahun 2010 proyek ini belum rampung juga. Sedemikian rumitnya permasalahan di Jakarta ini mengakibatkan tertundanya kebebasan warga Jakarta dari banjir. Mulai dari buang sampah sembarangan, pembebasan tanah Banjir Kanal Jakarta, semakin apatisnya warga Jakarta terhadap lingkungannya, dan lain-lain.
Continue reading ‘sekelumit jakarta. banjir, pendatang, hingga supir tembak’

05
Feb
11

jakarta pagi ini


Jakarta Pagi Ini by SlanK

Pagi dingin ‘gak ada sinar mentari
Dan langitpun terlihat gelap, mendung datang lagi
Dan aku berdiri di atas gedung yang tinggi
Memandang ramainya Jakarta menyambut pagi ini

Continue reading ‘jakarta pagi ini’